Aku, serenada
Bagaimana pikiranmu mengenai seseorang yang menjadi orang ketiga dalam suatu hubungan ? marahkah? Jijikkah? Atau malah mengasihi orang tersebut?. Inilah aku Serenada sang orang ketiga, ini ceritaku tentang diriku, dia dan dirinya. Entah bagaimana bisa dan bagaimana semuanya terjadi mengapa aku bisa menjadi orang ketiga diantara mereka berdua, seharusnya aku tahu diri seharusnya aku menjauh tapi aku tak bisa, aku sudah terlalu terbiasa bersamanya walau hanya dalam baying-bayang antara dia dan dirinya.
Suatu pagi,
Aku terbangun dengan dia disampingku tidur dengan damainya, matanya alisnya rambutnya semuanya aku suka. 5 menit kemudian dia terbangun dari tidurnya.
“kau sudah bangun?” tanyanya lembut sambil mengusap pipiku.
“sudah sayang” jawabku sambil tersenyum.
“jam berapa ini?”
“masih jam 6 sayang, biar aku masakkan sesuatu untukmu sebentar”
Aku turun kebawah, aku tinggal sendiri disebuah apartemen di tengah kota. Dia selalu meluangkan waktunya untuk menginap ditempatku ketimbang dia tidur di apartemennya sendiri. Kalau ditanya kenapa dia betah bersamaku dia hanya menjawab karena dia nyaman denganku dan aku menerima jawaban simpelnya. Hampir 5 tahun aku bersamanya semenjak aku SMA dan sekarang aku telah bekerja di sebuah event organizer milik salah satu teman kuliahku. 5 tahun bukan waktu yang singkat bukan untuk menjalin sebuah hubungan gelap, awalnya aku menjalani hubungan ini dengan biasa saja seperti air mengalir namun ketika dia sendiri yang memintaku untuk selalu bersamanya akupun mengiyakan permintaannya walau aku tahu aku bukan yang utama.
“kenapa melamun? Nasi gorengnya udah mateng tuh” katanya sambil memelukku dari belakang.
“ya ampun ini mah gosong” kataku panic.
“hahaha makanya kalau lagi masak jangan ngelamun” katanya sambil mencium pipiku.
“Adrian, sudah kubilang aku tak suka dicium kalau kau belum mandi” kataku sambil berteriak karena dia kabur ke atas.
“ini aku mau mandi Nada kau bawel sekali”
“kau ini ! makan saja diluar, masakanku gagal”
Tidak ada jawaban, spertinya dia sedang mandi. Akhirnya aku menyiapkan pakaian untuknya. Masih ingat dia lebih sering menginap diapatemenku ketimbang di apartemennya sendiri? Jadi mau tak mau banyak pakaiannya yang ditaruh dilemariku sampai aku harus membeli lemari pakaian lagi karena lemari pakaianku yang dijajah olehnya.
“nanti sore aku ada dinner sama Irene, kau baik-baik disini ya” katanya.
Irene adalah tunangannya mereka bersama sudah 7 tahun, aku sudah terbiasa harus berbagi Adrian dengan Irene walau Irene tak tahu ada aku diantara mereka.
“iya” jawabku singkat.
“kau jangan nakal, jangan menonton tv sampai larut, jangan makan tengah malam nanti gendut”
“aku bukan anak kecil lagi Adrian aku sudah 21 tahun”
“iya iya aku tahu”
“oya, aku hari ini juga ada rapat EO kayanya sih sampai malam”
“jangan lirak-lirik cowok lain, jangan suka tebar pesona” katanya dengan muka serius.
“kau ini cemburuan sekali”
“jam berapa ke kantor? Biar aku antar”
“jam 2 siang, ngga usah aku bisa berangkat sendiri”
“aku memaksa” jawabnya ketus.
Sifat buruknya adalah cemburuan, posesif, nggak bisa dibantah, dan tukang ngambek. Serius deh keliatannya doang dia cool almost perfect tapi sifat buruknya bleh sekali, entahlah dia hanya menunjukkan sifat buruknya pada diriku bukan pada Irene yang notabene adalah tunangannya. ck sial, aku harus mengingat bahwa Irene adalah pemeran utama di drama ini. Irene adalah malaikat di dunia nyata dia hampir sempurna, parasnya, sifatnya, dan nasibnya yang amat sangat bagus. Aku iri padanya dia cantik, terlahir dari keluarga terhormat,salah satu mahasiswi lulusan terbaik dari universitas terkenal di Inggris, dan sekarang dia bekerja sebagai salah satu desainer terkenal di Jakarta.
“kenapa akhir-akhir ini kau hobi melamun?” tanyanya.
“sampai kapan kita seperti ini, drian?”
“seperti ini bagaimana?”
“kau tahu Andrian apa maksudku, aku tak bisa seperti ini terus bersembunyi diantara bayang-bayang orang lain”
“kau tahu Nada semua sangat sulit untukku, aku….. aku mencintaimu”
“dan… irene” tambahku
“aku berangkat dulu nanti jam 2 aku kemari untuk menjemputmu”
***
Pukul 14.00
“aku pulang naik taksi ya gak perlu jemput atau nyuruh pak Adang buat jemput aku” kataku cepat.
“siap tuan puteri, jangan nakal”
“bye” kataku sambil berlari menjauh.
Adrian memang lebay kalau dia tidak menjemputku pasti dia menyuruh pak Adang supir keluarganya untuk menjemputku., makanya aku lebih suka menyetir mobilku sendiri karena aku bebas kemana saja selepas pulang kerja.
***
Pukul 23.20
“kau pulang dengan siapa ?”
“oh pak Alex aku sedang eh saya sedang menunggu taxi tadi saya sudah telfon”
“biar aku antar, kau tinggal di apartement Diamond Tower kan?”
“iya pak”
“ayo masuk”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar