Jumat, 15 Agustus 2014

Aku, Serenada [part 2]

Aku serenada part 2
Akhirnya aku masuk ke dalam mobil Pak Alex, nama lengkapnya Rafael Alexander. Pak Alex ini adalah kepala EO-ku yang baru yang merupakan saudara dari sahabatku, Yoga Al-farezi. Yoga adalah sahabatku dari SMA dan dia adalah satu-satunya orang yang tahu tentang hubungan gelapku dengan Adrian. Gara-gara Yoga tak sengaja melihat Adrian kencan dengan Irene di Singapura saat usia pacaranku dengan Adrian memasuki tahun ke dua, awalnya Yoga tak menerima semua alasanku tapi karena dia adalah sahabat yang baik akhirnya dia mau menerima hubunganku dengan Adrian walau dia tak pernah akur bila bertemu dengan Adrian.
“kau bodoh atau apa? Jelas-jelas aku melihatnya selingkuh dengan wanita lain di Orchard Road kemarin”
“aku selingkuhannya, Ga. Jadi wanita yang kau lihat kemarin adalah Irene, pacar asli Adrian. Mereka sudah pacaran lama sekali.”
“ck, sebegitu tak lakunya kah kau sampai kau mau menjadi selingkuhan dari Adrian itu.”
“entahlah”
“aku sayang padamu, Nada. Kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri, aku tak mau kau sakit” katanya sambil memelukku.
“aku tak apa”
“kau bohong, tentu saja hatimu sakit bodoh”
Wanita mana yang tak sakit hatinya ketika harus berbagi cintanya dengan wanita lainnya
Wanita mana yang tak hancur hatinya melihat sang pangeran pujaan hati bercinta dengan wanita lain didepan matanya
Wanita mana yang tak merana ketika mengetahui kalau dirinya bukan yang utama
                                                                                       ***
“kita sudah sampai nona” kata Pak Alex sambil menepuk bahuku.
“oh maaf pak, saya melamun. Terima kasih” kataku sambil melepas seat-belt.
“tidak apa-apa princess”
“terimakasih tumpangannya pak”
“santai saja princess, bolehkan aku memanggilmu princess? Seperti ketika Yoga memanggilmu”
“Nada saja pak” kataku tak enak.
“kenapa? Atau kalau kamu aku panggil Queen? ” katanya sambil tertawa renyah.
“haha Nada saja pak, sudah cukup”
“baiklah Nada, tapi panggil saja aku Alex jika diluar kantor”
“iya pak eh Alex”
“besok aku jemput ya kita ada meeting di lokasi event”
“baik pak, sampai besok pak”
“ Alex saja Queen”
“okey Alex, bye”
“bye Queen”
                                                                                       ***
Akupun memasuki lift menuju lantai 30, lantai dimana apartmentku berada. Aku sudah menempati apartment itu dari awal kuliah, Adrian yang memberikannya untukku ketika tahu aku tinggal bersama tanteku saat SMA Karena ya you know my parents was passed away when I was 15 years old. Adrian bilang jika ini salah satu hadiah untukku saat umurku 17tahun. Adrian jugalah yang membelikan aku sebuah city car berwarna abu-abu ketika aku lulus kuliah kemarin, selalu Adrian. Aku menyusuri koridor apartment yang sudah sepi. Ketika aku akan membuka pintu dengan card key-ku, pintu itu terayun, ternyata Adrian yang membukakannya.
“kau pulang diantar siapa?” selidiknya.ck, sudah ku bilangkan kalau dia posesif.
“kau mengagetkanku” kataku sambil ngeloyor menuju pantry mengambil segelas air putih dan meminumnya.
“tumben sudah pulang? Katanya ada kencan dengan Irene?” tanyaku.
“sudah pulang, aku sedang tidak mood” katanya.
“kau pulang dengan siapa? Atau Yoga ganti parfum?” katanya sambil mengendeus.
“kau jauh-jauh aku belum mandi” kataku sambil menjauhkan kepalanya dari pundakku.
“kau pulang dengan siapa?”
“ Alex, Rafael Alexander. Atasanku sekaligus saudara dari Yoga” kataku sambil naik keatas.
Akupun mandi, memilih berendam di bath-up dengan air hangat karena penat seharian rapat mengenai event yang besok akan dilaksanakan di Bogor. Aku lelah, lelah dengan nasib hidup yang terombang-ambing seperti ini. Sepertinya aku butuh liburan lebih awal, nggomong-ngomong masalah liburan aku dan Adrian selalu menyempatkan pergi bersama ke luar negeri atau daerah pedalaman di Indonesia selama seminggu atau sepuluh hari, semua itu aku lakukan karena kita bukan pasangan normal pada umumnya, jika berpergian berdua di Jakarta terlalu banyak resiko terlihat oleh banyak orang.
Aku sedang berfikir bagaimana rasanya jadi Irene jika ia tahu kalau Adrian berselingkuh darinya, berselingkuh denganku yang notabene hanya seujungkuku-nya, aku tak ada apa-apanya dibandingkan Irene. Cepat atau lambat semua harus di akhiri, ya diakhiri. Akupun keluar dari bath-up dan berganti pakaian dengan kemeja kebesaran milik Adrian, karena hanya itu yang tergantung di gantungan baju di kamar mandi.
“kamu ini kebiasaan lupa bawa baju ganti, nih piyamamu”
“piyama baru? Kembaran? Kapan beli?”
“tadi, pas jalan-jalan sama Irene, aku lihat dan langsung inget kamu” katanya sambil tersenyum.
“Adrian, aku mau bicara sesuatu” kataku setelah berganti dengan piyama motif LV berwarna coklat.
“apa sayang?”
“kita harus akhiri semua ini” kataku datar.
“maksudnya?”
“kita harus terbiasa …… kita harus berpisah”
“kamu kenapa sih? Kamu selingkuh ya? Ada yang lain?”
                                                                                       ***

Bagaimana hubungan mereka berdua pada akhirnya? Ada yang bisa nebak?

1 komentar: